Program Studi Teknik Industri, Universitas Pasundan Bandung
Endang Hidayat (123010075)
Endang Hidayat (123010075)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang Masalah
Modulus geser disebut juga modulus puntir, dan hanya
terjadi pada zat padat. Modulus puntir adalah cara untuk mengetahui
berputarnya suatu benda dan gaya-gaya apa saja yang mempengaruhi benda tersebut
sehingga bisa berputar. Gaya yang terjadi harus diimbangi oleh gaya penentang pada bagian dalam bahan
benda.
Benda memiliki
kemampuan terhadap gaya untuk menggeser suatu bidang kerja. Dengan kemampuannya
tersebut harus diperhitungkan suatu tetapan geser dari benda tersebut.
Didalam kehidupan kita sehari-hari banyak sekali peristiwa
yang sering kita jumpai mengenai konsep modulus puntir ini, namun hal tersebut
tidak kita sadari. Contohnya seperti komedi putar, sepatu roda, bola atau
silinder berputar ketika menggelinding.
Meskipun kita sering menjumpai peristiwa tersebut, akan
tetapi kita tidak tahu beberapa banyaknya modulus puntir atau modulus gesek dari
benda-benda yang bergerak atau berputar tersebut.
1.2
Identifikasi
masalah
Permasalahan dalam percobaan ini yaitu bagaimana cara mengetahui modulus puntir yang
terjadi pada saat suatu benda mengalami putaran, dan apa saja yang
mempengaruhi modulus puntir suatu benda. Dalam
mempelajarinya, kita tidak cukup dengan hanya mengandalkan teori-teorinya saja, maka dari itu praktikan diminta untuk
memahami kebenaran-kebenaran di dalam teori tersebut melalui praktikum ini
dengan melakukan percobaan pada batang yang dipuntir.
Tujuan dari percobaan
M−9 adalah menentukan Modulus Puntir (Modulus Geser)
secara statis.
1.4
Metode
Percobaan
Metode yang digunakan
adalah melakukan pengamatan secara langsung dengan cara melakukan pengamatan
terhadap suatu batang yang dipuntir, berdasarkan prosedur
percobaan serta petunjuk dan bimbingan dari para assisten. Melakukan pengamatan terhadap alat-alat yang digunakan, mengumpulkan data, kemudian melakukan pengolahan data.
1.5
Sistematika
penulisan
BAB I Pendahuluan
Berisikan latar
belakang masalah, identifikasi masalah, maksud dan tujuan percobaan, metode
percobaan dan sistematika penulisan.
BAB II Landasan Teori
Berikan landasan teori, turunan rumus dan sesatannya.
BAB III Prosedur Percobaan
Berisikan alat – alat
yang digunakan dan jalannya percobaan.
BAB IV Pengumpulan dan Pengolahan Data
Berisikan pengolahan data dan pengumpulan data yang terdiri dari
kesalahan hasil pengukuran dan perhitungan hasil akhir.
BAB V Jawaban Pertanyaan.
Berisikan tentang jawaban pertanyaan seputar praktikum yang
dilakukan.
BAB VI Analisa
Berisikan tentang analisa dari hasil yang pengamatan dan
pengolahan data yang telah di peroleh.
BAB VII Kesimpulan dan Saran.
Berisikan kesimpulan dari percobaan dan saran-saran untuk
assisten,
materi dan saran untuk laboratorium.
BAB
II
LANDASAN
TEORI
2.1 Landasan Teori
Modulus
puntir disebut juga Modulus geser, dan hanya terjadi pada zat padat. Puntiran adalah suatu perlakuan terhadap
material yang diberikan torsi yang tegak lurus terhadap diameter material
tersebut pada kedua ujungnya secara berlawanan.
Salah satu hal yang berpengaruh pada percobaan ini adalah gravitasi, karena berkaitan dengan berat (massa), lalu hukum yang menyatakan gaya tarik benda atau gaya tarik menarik benda berbanding lurus dengan dua massa tersebut serta berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara pusat dengan kedua benda tersebut.
Salah satu hal yang berpengaruh pada percobaan ini adalah gravitasi, karena berkaitan dengan berat (massa), lalu hukum yang menyatakan gaya tarik benda atau gaya tarik menarik benda berbanding lurus dengan dua massa tersebut serta berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara pusat dengan kedua benda tersebut.
Selain berhubungan dengan gravitasi, modulus geser atau
modulus puntir pun berkaitan dengan adanya gerak jatuh bebas dan gerak vertikal
ke atas. Gerak jatuh bebas mempengaruhi massa m dari benda juga oleh gravitasi,
Sedangkan kecepatan sama dengan nol.
S =
v . t .............................................M9.1
Gerak vertikal keatas berlawanan dengan gaya
gravitasi suatu benda dalam hal ini arahnya yang membedakan. Gerak vertikal keatas
menunjukan gaya normal, yaitu gaya yang berlawanan dengan arah gravitasi.
Besarnya suatu gaya normal sangat bergantung
dengan besarnya gaya gravitasi suatu benda. Kecepatannya adalah sebesar :
Vt
= V0 – gt........................................M9.2
Kecepatan
akhirnya:
Vt2
= Vo2 - 2gt
..................................M9.3
Sebuah benda yang bekerja pada batang katrol,
digunakan pada sebuah katrol dengan menggunakan seutas tali sehingga benda
membentuk gaya ke atas lalu terjadi perubahan sudut.
Berikut adalah beberapa faktor yang mempengaruhi modulus
puntir (modulus geser) :
Panjang benda
Sudut puntir yang diberikan pada suatu benda
Momen gaya pada benda
Jari-jari benda
Secara umum puntiran
terjadi bila balok atau kolom mengalami perputaran terhadap sumbunya.
Perputaran demikian dapat diakibatkan oleh beban dengan titik kerja yang tidak
terletak pada sumbu simetri. Bila
balok mengalami puntiran, maka lapisan-lapisan pada penampang balok cenderung
bergeser satu dengan yang lain. Karena kohesi maka bahan akan melawan
pergeseran tersebut sehingga timbullah tegangan geser puntir pada balok. Hal
ini dapat ditunjukkan dengan memuntir sebatang rokok pada sumbu memanjang, akan
timbul kerutan kerutan berbentuk spiral pada permukaan rokok, kerutan ini
menunjukkan garis geseran yang terjadi. Contoh lain adalah sebatang kapur tulis
yang dipuntir pada sumbu memanjang, kapur akan terputus, bidang patahan adalah
bidang geser puntir.
Salah satu batang di
jepit keras-keras di T, ujung lainya bebas berputar dan pada badanya di pasang
keras-keras roda p, maka roda itu akan menghasilkan momen M terhadap batang.
Dengan jarum penunjuk yang melekat pada batang dan pembagian skala s dapat di
baca sudut puntiran batang, maka modulus puntir dapat di hitung dari:
G = (2.m.l)/(π.θ.R^4 ) ……………..................................... M9.4
Atau
G = (360.g.r.l.m)/(π^2.a^2.R^2 ) …………................................... M9.5
Dimana :
G = Modulus
Puntir
M = momen yang
bekerja pada batang
l = panjang
batang yang dipuntir
g = gaya
gravitasi
r = jari-jari
roda P
m = massa beban
a = sudut puntiran
dalam derajat
Mengenai jari-jari yang dihitung tersebut ada dua, yaitu
jari-jari luar sehingga untuk menentukan jari-jari luarnya dikurangi jari-jari
dalam, dan momen gaya yang bekerja pada batang ini mempunyai banyak momen gaya.
Suatu poros dijepit di salah satu ujungnya, ujung lainnya
bebas, dan dibebani dengan momen putir secara seragam disepanjang poros dengan
besar t per satuan panjang.
Momen
puntir per unit panjang dinyatakan dengan t, dan koordinat x
mempunyai origin disebelah kiri. Diagram porsi batang ujung sebelah kiri dan
bagian x. Suatu elemen dengan panjang
dx kita akan menentukan sudut putar pada elemen
silinder dengan panjang dx ini. Untuk kesetimbangan momen terhadap sumbu
batang, suatu momen puntir tx bekerja pada bagian sebelah kanan bagian.
Momen puntir tx ini menyebabkan elemen sepanjang dx terpuntir
dengan sudut putar. Total
putaran pada ujung sebelah kiri diperoleh dengan integrasi keseluruhan elemen
sedemikian. Modulus
Geser didefinisikan sebagi perbandingan tegangan geser dan regangan geser.
Tegangan
dibedakan menjadi dua jenis. Bila gaya internal tegak lurus pada bidang yang
diamati, maka didapat tegangan normal atau langsung, dan sesuai dengan arah
gaya, dapat bersifat tarik (tensile) atau mampat (compressive). Bila gaya
internal sejajar dengan bidang yang diamati, didapat tegangan tangensial atau
geser. Seringkali resultan gaya pada elemen luasan membentuk sudut dengan
bidang luasnya. Dalam keadaan semacam itu, gaya tersebut diuraikan menjadi
komponen normal dan tangensial, serta menghasilkan kombinasi tegangan-tegangan
normal geser.
Perubahan
bentuk benda yang terjadi pada keadaan tegang disebut regangan. Ada dua macam
regangan. Bahan dapat membesar atau mengecil dan menghasilkan regangan normal;
atau lapisan-lapisan bahan dapat bergeser yang satu terhadap yang lain dan
menghasilkan regangan geser. Karena regangan hanya merupakan bilangan
satuan modulus yang sama seperti satuan tegangan, yaitu gaya persatuan luas.
Tegangan biasanya dinyatakan dalam pound
per inci kuadrat atau dyne persenti
meter kuadrat.
Hubungan antara setiap jenis tegangan dengan regangan yang
bersangkutan penting perananya dalam cabang fisika yang disebut teori
elastisitas pada kekuatan bahan dibidang enginering. Apabila suatu jenis
tegangan diluaskan grafiknya terdapat regangannya akan ternyata bahwa diagram
tegangan yang diperoleh akan berbeda-beda bentuknya menurut jenis bahanya. Dua
bahan yang termasuk jenis bahan yang sangat penting dalam ilmu dan teknologi
dewasa ini ialah logam dan karet yang divulkanisir, hubungan prororsional
antara tegangan dan regangan dalam hal ini bahan itu elastis atau memperhatikan
sifat elastis dan titik lainya dinamakan batas elastis.
Apabila momen puntir yang bekerja baik pada
poros pejal maupun poros berlubang dinaikkan terus, nilai momen puntir mungkin
akan mencapai titik lelah geser dari bahan bagian luar. Ini adalah batas
maksimum untuk momen puntir elastis dan dinyatakan dengan Te.
Kenaikan selanjutnya dari momen puntir menyebabkan tercapainya titik-titik
lelah pada bahan untuk posisi lapis yang semakin kedalam, sampai keseluruhan
lapisan bahan mencapai titik lelahnya dan ini menunjukkan terjadinya momen
puntir plastis penuh (fully plastic twisting moment) Tp.
Kita tidak bicarakan tegangan yang lebih besar dari batas titik lelah, karena
ini adalah batas momen puntir yang dapat diberikan oleh poros. Dari hasil
beberapa pengujian diperoleh bahwa Tp = 4/3(Te).
2.2 Artikel
Modulus puntir terjadi karena adanya perputaran pada
salah satu ujung benda benda yang dilakukan dengan cara dijepit. Perputaran itu
terjadi karena torsi (momen puntir). Momen puntir merupakan penyebab
perubahan gerakan putar yang mempercepat atau memperlambat gerak putar suatu
benda. Besarnya
gaya untuk menghasilkan tegangan dan regangan tiap-tiap benda pada umumnya
berbeda, tergantung pada jenis dan sifat benda.
Tegangan didefinisikan sebagai perbandingan antara pertambahan
panjang dengan panjang awalnya (L). Pertambahan panjang ini tidak hanya terjadi pada ujungnya
saja, tetapi pada setiap bagian batang yang terentang dengan perbandingan yang
sama. Karena merupakan hasil bagi dari dua
besaran yang berdimensi sama, maka regangan tidak memiliki satuan. Tegangan didefinisikan
sebagai perbandingan
antara gaya tarik (F) yang dikerjakan pada benda dengan luas penampangnya (A).
Modulus
Elastisitas didefinisikan sebagai
perbandingan antara tegangan, dengan regangan suatu bahan selama gaya yang
bekerja tidak melampaui batas elastisitasnya. Dalam SI satuan modulus elastisitas sama dengan satuan tegangan.
Semakin besar nilai E, berarti semakin sulit untuk merentangkan benda, artinya
dibutuhkan gaya yang lebih besar. Sebuah
batang atau poros (shaft) berpenampang
lingkaran yang dipuntir oleh
kopel-kopel T yang bekerja pada ujung-ujung batang mengalami puntiran murni (pure torsion). Berdasarkan pertimbangan simetri, maka dapat
diperlihatkan bahwa penampang dari
sebuah batang bundar akan berputar seperti sebuah benda kaku terhadap sumbu longitudinalnya
dengan jari-jarinya tetap lurus dan penampangnya
tetap berbentuk bidang dan bulat. Juga, bila sudut-puntiran (the angle
of twist) total batangnya kecil, maka baik panjang dan jari-jari
batang kedua-duanya tak ada yang mengalami perubahan.
Terdapat
banyak peneliti yang melakukan studi tentang besarnya nilai modulus geser
maksimum (Gmax). Dan banyak parameter yang akan mempengaruhi besarnya
nilai modulus geser maksimum (Gmax), yang paling utama adalah jenis
tanah (lempung atau pasir), effective
confining preassure, void ratio (e), dan
derajat konsolidasi. Hardin dan Black
(1969) mengusulkan suatu rumus yang dipakai untuk menghitung nilai modulus.
BAB III
PROSEDUR
PERCOBAAN
3.1
Alat-alat yang digunakan
Alat-alat yang digunakan pada percobaan M-9
adalah :
1. Mikrometer sekrup
2. Mistar dan jangka sorong
3. Batang-batang Q yang diselidiki (berbentuk silindris)
4. Penyekat (Penjepit) batang T
5. Roda pemutar, katrol dan tali P
6. Jarum penunjuk dengan pembagian skala sudut S
7. Beban masing-masing 0.5 kg (7 keping)
8. Nomor 3 s.d 5 terletak pada statip
3.2 Prosedur percobaan
Berikut merupakan cara-cara melakukan percobaan M-9 :
1. Pasanglah satu batang yang akan dipuntir. Keraskan
semua sekrup keras-keras.
2. Periksa kebebasan gerak puntir ujung batang yang
beroda dan apakah momen sudah akan diteruskan keseluruh batang.
3. Ukurlah l, R, r beberapa kali dan timbanglah m
(perhatikan pengukuran m harus merata).
4. Tetapkan suatu harga L, amati kedudukan jarum penunjuk
(awas paralaks dan perhatikan kedudukan / keadaan bahan).
5. Berilah beban dan berturut-turut tambahkan beban satu
persatu, setiap kali penambahan beban amati kedudukan jarum penunjuk.
6. Kurangi beban satu persatu, setiap kali pengurangan
beban amati kedudukan jarum penunjuk.
7. Ulangi percobaan 4, 5 dan 6 untuk beberapa harga L
(paling sedikit 3, tanyakan pada assisten).
Catatan :
Kalau kedudukan
jarum tidak kembali ke kedudukan semula berilah segera koreksi.
This comment has been removed by the author.
ReplyDeletegan bisa jelasin ga apa itu batas ambang puntiran terhadap nilai bahan logam?
ReplyDeletegan bisa jelasin ga apa itu batas ambang puntiran terhadap nilai bahan logam
DeleteCara nurunin persamaan modulus puntir gmna gan?
ReplyDeleteBantu jawab please jika sebuah puntiran memiliki massa ( beban ) 1220 gram dan jari jari batang yang dipuntir 0,05 m . Berapakah nilai torsi dlm puntiran tersebut?
ReplyDelete